Analisis SWOT Pengembangan Pariwisata Rawa Pening
Analisis SWOT adalah analisis atas komponen-komponen didalam objek analisa yang meliputi kekuatan (Strengh), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat).
Berikut adalah contoh hasil analisis SWOT dari pengembangan pariwisata rawa pening di Jawa Tengah :
A. POTENSI
Pemandangan kawasan rawa pening dan bukit cinta yang indah, terdiri atas pegunungan, rawa, hamparan eceng gondok, dan hutan pinus serta cemaran yang luas serta airnya yang bening dan udara yang sejuk. Hal ini menjadi daya tarik wisata yang tinggi dan potensial untuk dikembangkan.Legenda mistis tentang asal mula terbentuknya Rawa Pening menjadi salah satu potensi yang dimiliki untuk pengembangan kawasan wisata yang mengandung unsur pendidikan. Legenda Baru Klinting akan diangkat menjadi icon wisata. Jarak dari kota cukup dekat dan aksesnya cukup mudah karena sudah dapat dijangkau dengan kendaraan (sepeda motor dan mobil). Letak strategis Kawasan Rawa Pening yaitu pada jalur menghubungkan Semarang-Solo dan Semarang-Yogyakarta. Ini merupakan nilai tambah pariwisata, karena mudah diakses dari segala arah dan muda dalam pencapaian moda transportasi.
Tersedianya sarana memancing dan perahu motor untuk wisatawan yang ingin menelusuri rawa pening serta memancing.
Tersedianya agrowisata Tlogo yaitu perkebunan karet, kopi, dan palawija.
Tersedianya infrastruktur atau fasilitas yang cukup, antara lain lahan parkir, kamar kecil atau toilet, loket masuk, hotel dan penginapan (villa, losmen, wisma, bungalow, pesanggrahan dan hotel bahkan beberapa di antara hotel-hotel itu sudah memiliki fasilitas untuk berbagai keperluan seperti konvensi, seminar, rapat, lokakarya dan penataran), prasarana transportasi (jalan beraspal) dan rumah makan.
Potensi lokasi yang telah memiliki jaringan listrik, air bersih dan telepon dan pengadaan air bersih bersumber pada mata air Muncul dengan debit air 3000 liter/detik. Memiliki taman rekreasi yang indah, yang berada di atas sebuah bukit di tepi danau. Antaranya yaitu wisata, seperti Tlogo, Lopait, Bukit Cinta, Muncul dan Asinan. Karakter masyarakat lokal dalam bercocok tanam, menangkap ikan, kerajinan eceng gondok sangat menarik dalam aspek sosial dan budaya. Potensi perairan yang dapat dimanfaatkan sebagai wisata air.
B. ANALISIS PERMASALAHAN
Terdapatnya eceng gondok yang menutup sebagian besar permukaan danau merupakan suatu kendala dalam pengembangan wisata air. Selain itu kondisi tersebut membuat permukaan air danau tertutup sehingga menghalangi pandangan pengunjung ke arah danau. Tingginya proses sedimentasi menyebabkan pendangkalan yang akan mempengaruhi kawasan wisata air Rawa Pening. Tingkat erosi di kawasan Rawa Pening yang tinggi juga menjadi salah satu kelemahan yang dimiliki kawasan Rawa Pening dan permasalahan sedimentasi pada Rawa Pening mengakibatkan banjir. Belum adanya pengelolaan yang tepat di Kawasan Rawa Pening, menyebabkan kematian eksistensi Rawa Pening sebagai kawasan wisata. Selain itu kurangnya sosialisasi dan promosi sehingga wisatawan asing maupun domestik tidak paham tentang keunggulan keindahan alam Rawa Pening.
Promosi kegiatan wisata kawasan Rawa Pening yang dilakukan tidak sampai kepada masyarakat umum padahal sebenarnya kegiatan promosi telah dilakukan melalui media majalah pariwisata, papan reklame yang terdapat di Kota Ambarawa dan situs-situs internet sehingga hasilnya kurang maksimal. Lahan parkir kurang nyaman karena masih berbentuk tanah sehingga jika musim hujan, lahan parker sering tergenang. Luasnya pun dirasaka kurang karena jika saat banyak wisatawan yang dating menggunakan mobil, tempat parkir kurang mengakomodasi dengan baik. Kamar kecil hanya dua buah dan letaknya dibelakang sehingga sulit dijangkau dan sulit diketahui wisatawan. Kondisi loket masuk yang using dan tidak memiliki pagar pembatas menyebabkan kendaraan yang masuk tidak teratur. Jalan sering rusak dan tergenang saat musim penghujan sehingga sering dilakukan perbaikan. Jalan pun cukup sempit karena berbatasan dengan jurang sehingga gerak dari kendaraan juga terbatas. Tidak terdapat pagar / pembatas jalan antara badan jalan dan tepian jurang sehingga membahayakan pengendara. Rumah makan di kawasan objek wisata masih sederhana dan berbentuk warung makan dan kurang menarik minat wisatawan.
C. PELUANG
Pengembangan desa wisata serta pengembangan pemasaran ke toko-toko souvenir atau didistribusikan ke luar kota. Pengembangan kawasan wisata waterpark yang akhir-akhir telah menjadi trend wisata hiburan yang diminati oleh pengunjung dan investor.
Tlogo, Bukit Cinta, Muncul dan Asinan, PIKK Lopait sebagai embrio wisata kuliner, Pasar Kriya Kesongo sebagai embrio atraksi wisata belanja menjadi kawasan wisata baru akan memberikan linkage dengan kawasan lain. Pengembangan menjadi kawasan wisata baru guna pelestarian flora dan fauna lokal maupun mendatangkan pihak swasta asing. Membuat jembatan poton yang berjaring di bagian bawahnya untuk mencegah penyebaran eceng gondok. Guna memperkuat kesan lansekap dan aqua scape, ikan akan didatangkan flora dan fauna air dengan bekerjasama dengan investor.
Perencanaan pengembangan straksi wisata air yang dalam menjadi kawasan wisata baru dan dikelola oleh masyarakat lokal untuk menarik wisatawan asing. Pengembangan wisata berupa Agro trekking, tempat perkemahan, Agro resort, wisata perkebunan. Pembangunan infrastruktur atau fasilitas pendukung pariwisata di kawasan Rawa Pening dengan kerjasama dan kemitraan swasta-pemerintah.
Pengembangan wisata Tlogo berupa taman hutan raya, bumi perkemahan, taman safari bertema khusus, kebun bunga dan buah, agro resort, wisata kereta tua, rekreasi air dermaga Tuntang. Pengembangan wisata Lopait berupa pasar seni dan art gallery, restaurant, Kios cinderamata, Pusat Layanan Wisata. Pengembangan wisata Bukit Cinta dapat berupa dermaga perahu, pusat rekreasi olah raga air, cottage, panggung hiburan.
D. ANALISIS INVESTASI
Model Build, Operate and Transfer (BOT) direncanakan akan digunakan dalam pengelolaan investasi. BOT melibatkan investasi swasta pada pembangunan konstruksi infrastruktur baru. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta akan digunakan untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas atau sistem infrastruktur berdasarkan standar-standar performance yang disusun oleh pemerintah. Masa periode yang diberikan memiliki waktu yang cukup panjang untuk perusahaan swasta untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan guna membangun konstruksi beserta keuntungan yang akan didapat yaitu sekitar 10 sampai 20 tahun. Dalam hal ini pemerintah tetap menguasai kepemilikan fasilitas infrastruktur dan pemerintah memiliki dua peran sebagai pengguna dan regulator pelayanan infrastruktur tersebut.
BOT merupakan cara yang baik untuk pembangunan infrastruktur baru dengan keterbatasan dana pemerintah dan untuk menarik modal swasta. Di dalam BOT, pihak swasta berperan untuk menyediakan modal untuk membangun fasilitas baru. Pemerintah akan menyetujui untuk mengeluarkan tingkat produksi yang minimum untuk memastikan bahwa operator swasta dapat menutupi biayanya selama pengoperasian. Persyaratan ini menyatakan bahwa untuk mengantisipasi permintaan akan diperkirakan meningkat sehingga akan menyebabkan permasalahan bagi rekan pemerintah jika permintaan melewati perkiraan.
Perjanjian BOT akan dapat mengurangi pasar dan resikonya kecil untuk pihak swasta karena pemerintah adalah penggunan tunggal, pengurangan resiko disini berhubungan dengan apabila ada permasalahan tidak cukupnya permintaan dan permasalahan kemampuan membayar. Pihak swasta akan menolak mekanisme BOT apabila pemerintah tidak memberikan jaminan bahwa investasi swasta akan kembali.
Demikian hasil analisis SWOT dalam pengembangan pariwisata Rawa Pening di Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.